Sabtu, 31 Januari 2015

Kajian Ahad Pagi. Tafsir Ibnu Katsir Al Araf:187

Bilamana Terjadinya Hari Kiamat.
Ust Muhir Jafar.

Surah Al A'raf (Q.S 7, ayat 187)

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ل ا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا تَأْتِيكُمْ إِل ا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
187. yas-aluunaka 'ani alssaa'ati ayyaana mursaahaa qul innamaa 'ilmuhaa'inda rabbii laa yujalliihaa liwaqtihaa illaa huwa tsaqulat fii alssamaawaati waal-ardhi laa ta/tiikum illaa baghtatan yas-aluunaka ka-annaka hafiyyun 'anhaa qul innamaa 'ilmuhaa 'inda allaahi walaakinna aktsara alnnaasi laaya'lamuuna Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".

Berikut ini adalah hadits-hadits yang menerangkan tentang hari kiamat.

1. Dari Abi Hurairah ra., ia berkata: "Ketika Rasulullah saw. sedang dalam perjalanan suatu majlis berbincang dengan sekelompok orang (para sahabat), datanglah kepada beliau seorang desa yang lantas saja bertanya: "Kapankah hari kiamat itu?" Rasulullah saw. meneruskan pembicaraannya. Sebagian orang berbisik: "Beliau (Rasulullah) mendengar apa yang ditanyakan orang itu, tetapi tidak suka apa yang ditanyakan itu." Yang lain berkata: "Tidak, belia tidak mendengar." Setelah pembicaraan beliau selesai, beliau bertanya: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang yang bertanya menyahut: "Ini aku wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda: "Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat." Orang itu bertanya: "Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu?" Rasulullah bersabda: "Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat."
(HR. Bukhari)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, dunia tidak akan hancur sehingga ada orang yang melewati kubur orang lain, maka dia berhenti lalu berkata: "Alangkah senangnya jika aku yang menjadi penghuni kubur ini," dan demikian itu bukan ajaran agama, hanya karena beratnya cobaan di dunia."
(HR. Bukhari dan Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

3. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: "Rasulullah saw. bersabda: "Hari kiamat tidak akan datang sebelum sungai Eufrat memunculkan suatu bukit emas yang menimbulkan perang, dimana setiap seratus orang akan mati sembilan puluh sembilan, dan masing-masing orang di antara mereka itu berkata: "Semoga saya yang selamat."
Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Sungai Eufrat nyaris memunculkan emas yang disimpannya, barangsiapa yang mendapatkannya, maka janganlah ia mengambil sesuatu daripadanya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

4. Dari Abu Sa'id Al Khudriy ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Nanti pada akhir zaman ada di antara pemimpin-pemimpin kalian yang menabur-naburkan uang dan tidak bisa dihitung."
(HR. Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

5. Dari Abu Musa Al Asy'ariy ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana seseorang berkeliling mengeluarkan sedekah yang berupa emas, tetapi tidak ada seorangpun yang bersedia menerimanya. Dan akan kelihatan seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh perempuan yang ingin berlindung kepadanya, karena sedikitnya orang laki-laki dan banyaknya orang perempuan."
(HR. Muslim)
-Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi.

6. Di antara tanda-tanda (datangnya) kiamat ialah: ada orang di dalam masjid tapi tidak melaksanakan shalat dua rakaat, orang tidak lagi mengucapkan salam kecuali kepada orang yang dikenalnya, dan anak kecil menyuruh-nyuruh orang tua.
(HR. At Thabrani dari Ibnu Mas'ud)
-Mukhtar Al Hadits: 159

7. Ketika hari kiamat telah dekat, maka manusia semakin rakus pada dunia dan semakin jauh dari Allah.
(HR. Hakim dari Ibnu Mas'ud)
-Mukhtar Al Hadits: 30

8. Di akhir zaman sedikit sekali ditemukan uang yang halal dan saudara (teman) yang dapat dipercaya.
(HR. Ibn Asakir dari Ibn Umar)
-Mukhtar Al Hadits: 31

9. Akan datang kepada manusia suatu zaman dimana orang mukmin di waktu itu lebih hina daripada dombanya.
(HR. Ibn Asakir dari Anas)
-Mukhtar Al Hadits: 186

10. Di akhir zaman nanti banyak orang ahli ibadah yang bodoh dan ahli qira'ah yang fasik.
(HR. Abu Na'im)
-Mukhtar Al Hadits: 188

11. Akan datang suatu zaman dimana manusia tak lagi mempedulikan apakah yang dia cari itu halal ataukah haram.
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
-Jawahir Al Bukhari

12. Rasullah saw. bersabda: "Akan datang kepada umatku suatu zaman dimana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara, yaitu: mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat, mencintai hidup dan melupakan mati, mencintai gedung dan melupakan kubur, mencintai harta dan melupakan hari penghitungan, dan mencintai makhluk dan melupakan Khalik.
(Tertulis dalam Nashaih Al Ibad: 36-37)

Wasalam .. Semoga Bermanfaat 

Jumat, 09 Januari 2015

Kajian Sabtu Pagi. 19 Rabiul Awal 1436

Konsep jihad dalam Islam
Ust. Drs. Ali Budiman

Membicarakan konsep tentu tidak lepas dari membicarakan definisinya (ta'rif). Untuk itu, kita lihat definisi jihad dahulu.

Secara bahasa (lughatan – etimologis)

الجهاد اجهاد مأخوذ من الجهد وهو الطاقة والمشقة

Al Jihad – ijhaadu di ambil dari kata Al Juhdu yaitu kuasa (Ath Thaqah) dan kesempitan/kepayahan (Al Masyaqqah).[1]

Disebutkan dalam Lisanul 'Arab:

وجَهَدَ يَجْهَدُ جَهْداً واجْتَهَد كلاهما جدَّ

Dan Jahada – yajhadu- jahdan dan ijtahada, keduanya bermakna bersungguh-sungguh. [2]           

Disebutkan dalam Majma' al Anhar fi Syarh Multaqa Al Ab-har:

الْجِهَادُ فِي اللُّغَةِ بَذْلُ مَا فِي الْوُسْعِ مِنْ الْقَوْلِ ، وَالْفِعْلِ .

"Secara bahasa, jihad bermakna pengerahan segenap potensi dengan ucapan dan perbuatan." [3]

Secara istilah (syar'an – terminologis)

Saya akan paparkan pandangan beberapa imam kaum muslimin dalam hal ini. Menurut Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

يقال: جاهد يجاهد جهادا ومجاهدة، إذا استفرغ وسعه، وبذل طاقته، وتحمل المشاق في مقاتلة العدو ومدافعته، وهوما يعبر عنه بالحرب في العرف الحديث، والحرب هي القتال المسلح بين دولتين فأكثر

Dikatakan: Jaahada – Yujaahidu – Jihaadan – Mujaahadatan, artinya mengkhususkan waktu dan upaya, serta mengorbankan segenap tenaga serta menanggung segenap kesulitan dalam memerangi musuh dan melawan mereka, yang demikian ini diistilahkan dengan Al Harb(perang) menurut definisi saat ini, dan Al Harb adalah peperangan bersenjata antara dua negara atau lebih.[4]       

Penulis Majma' Al Anhar (fiqih bermazhab Hanafi) mengatakan:

وَفِي الشَّرِيعَةِ قَتْلُ الْكُفَّارِ وَنَحْوُهُ مِنْ ضَرْبِهِمْ وَنَهْبِ أَمْوَالِهِمْ وَهَدْمِ مَعَابِدِهِمْ وَكَسْرِ أَصْنَامِهِمْ وَغَيْرِهِمْ

"Makna menurut syariah adalah memerangi orang kafir dan sebangsanya dengan memukulnya, mengambil hartanya, menghancurkan tempat ibadahnya, dan memusnahkan berhala-berhala mereka, dan selain mereka. "[5]

Dalam Hasyiah Al Jumal (fiqih bermazhab Syafi'i) disebutkan:

وَهُوَ فِي الِاصْطِلَاحِ قِتَالُ الْكُفَّارِ لِنُصْرَةِ الْإِسْلَامِ وَيُطْلَقُ أَيْضًا عَلَى جِهَادِ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ

"Dan makna jihad secara istilah adalah memerangi orang kafir demi membela Islam, dan juga secara mutlak bermakna jihad melawan hawa nafsu dan syetan." [6]

Sedangkan Imam Ash Shan'ani Rahimahullah mengatakan:

وَفِي الشَّرْعِ بَذْلُ الْجَهْدِ فِي قِتَالِ الْكُفَّارِ أَوْ الْبُغَاةِ .

"Secara syariat, makna berkorban dalam jihad adalah memerangi orang kafir dan para pemberontak." [7]

Imam Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:

وَشَرْعًا : بَذْلُ الْجُهْدِ فِي قِتَالِ الْكُفَّارِ وَيُطْلَقُ أَيْضًا عَلَى مُجَاهَدَةِ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ وَالْفُسَّاقِ .

"Secara syariat, artinya mengerahkan kesungguhan dalam memerangi orang kafir, dan secara mutlak artinya juga berjihad melawan nafsu, syetan dan kefasikan." [8]

Demikianlah makna jihad yang dipaparkan para ulama Islam, yang semuanya selalu mengatakan 'memerangi orang kafir', setelah itu melawan nafsu, syetan dan kejahatan. Dalam kehidupan ilmiah, definisi memang selalu ada dua, yakni makna bahasa dan makna istilah. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-hari, bahwa semua definisi dalam pembahasan apa pun lebih mengutamakan makna terminologis (istilah) dibanding makna etimologis (bahasa).

Pemaknaan yang dipaparkan para ulama bukan tanpa alasan melainkan berpijak berbagai ayat yang mulia dan hadits yang suci, dan ayat serta hadits tersebut pun juga memiliki latar belakang dan alasan spesifik dalam pensyariatan memerangi mereka.

Ayat-Ayat Al Quran Tentang Jihad

Perlu dipahami dengan baik, bahwa jihad merupakan bahasa Al Quran, maka Al Quran-lah yang paling berhak menceritakan apa makna jihad sebenarnya. Akal dan perasaan kita wajib tunduk kepadanya, dan tidak boleh mengingkarinya atau memberikan pemahaman apologi yang menyimbolkan kekalahan mental umat Islam dari orang Barat, hanya karena takut disebut teroris.

Allah Ta'ala berfirman di berbagai ayat:

"Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqarah (2): 216)

"Dan perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikianlah Balasan bagi orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah (2): 191)

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki." (QS. Ali Imran (3): 169)

"Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!" (QS. An Nisa (4): 71)

"Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." (QS. Al Anfal (8): 65)

"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk." (QS. At Taubah (9): 29)

Dan masih sangat banyak lagi ayat-ayat yang menganjurkan jihad melawan orang kafir, menceritakan keutamaannya, dan mengabarkan balasan bagi mujahidin baik dunia maupun akhirat.

Hadits-Hadits Nabi Tentang Jihad

Hadits-hadits nabawi pun juga banyak, namun saya akan sebutkan beberapa saja:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

"Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang, dan dirinya belum pernah membicarakan perang maka matinya di antara cabang kemunafikan." [9]

Hadits lain:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُو

 Dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Mekah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat, jika kalian diperintahkan untuk berangkat maka berangkatlah (untuk jihad)." [10]

Dari Abu Said Al Khudri, bahwa ada orang bertanya:

 يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِه

"Wahai Rasulullah! Manusia bagaimanakah yang paling utama?" Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Seorang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya."[11]

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, ada seorang bertanya kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam, apakah ada amal perbuatan yang sebanding dengan jihad fi sabilillah? Beliau menjawab: "Kalian tidak akan mampu." Mereka bertanya hingga dua atau tiga kali, semuanya dijawab: "Kalian tidak akan mampu." Begitu yang ketiga kalinya, beliau bersabda:

مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى

"Perumpamaan mujahid di jalan Allah bagaikan seorang yang berpuasa, shalat malam, berdzikir membaca ayat Allah, tidak pernah henti dari puasa dan shalatnya itu sampai pulangnya si mujahid di jalan Allah Ta'ala." [12]

Jadi seorang yang berjihad, sama nilainya dengan orang yang berpuasa terus menerus dan shalat terus menerus tanpa henti, sampai mujahid itu pulang. Apakah ada manusia yang mampu puasa dan shalat malam tanpa henti selama mujahid pergi perang hingga dia pulang? Tidak ada!

Ketika menerangkan kedhaifan hadits "kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar", Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وَجِهَادُ الْكُفَّارِ مِنْ أَعْظَمِ الْأَعْمَالِ ؛ بَلْ هُوَ أَفْضَلُ مَا تَطَوَّعَ بِهِ الْإِنْسَان

"Jihad memerangi orang kafir merupakan amal yang paling agung, bahkan merupakan anjuran yang paling utama pada manusia." [13]

Dan masih puluhan lagi hadits-hadits tentang penyariatan jihad memerangi orang kafir di medan tempur, serta keutamaannya yang agung.

— Bersambung…

 

Catatan Kaki:

[1] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 2, Hal. 618. Darl Kitab Al 'Arabi

[2] Ibnul Manzhur Al Mishry, Lisanul 'Arab, Juz. 3 Hal. 133. Syamilah

[3] Imam Abdurrahman Syaikhi Zaadah, Majma' al Anhar fi Syarh Multaqa al Ab-har, Juz. 4, Hal. 278. Syamilah

[4] Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 2, Hal. 618. Darul Kitab Al 'Arabi

[5] Imam Abdurrahman Syaikhi Zaadah, Majma' al Anhar fi Syarh Multaqa al Ab-har, Juz. 4, Hal. 278. Syamilah

[6] Imam Abu Yahya Zakaria Al Anshari, Hasyiah al Jumal, Juz.21, Hal. 319. Syamilah

[7] Imam Ash Shan'ani, Subulus Salam, Juz. 6, Hal. 119. Syamilah

[8] Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz. 8, Hal. 365. Imam Asy Syaukani, Nailul Authar, Juz. 11, Hal. 483. Syamilah

[9] HR. Muslim, Kitab Al Imarah Bab Dzam Man Maata wa lam Yaghzu …, Juz. 10, Hal. 19 No hadits. 3533. Syamilah

[10] HR. Bukhari, Kitab Al Jihad was Siyar Bab Fadhl Al Jihad was Siyar, Juz. 9, Hal. 345, No hadits. 2575. Syamilah

[11] HR. Bukhari, Kitab Al Jihad was Siyar Bab Afdhalun Nas …., Juz. 9, Hal. 349, No hadits. 2578. Syamilah

[12] HR. Muslim, Kitab Al Imarah Bab Fadhlu Asy Syahadah fi sabilillahi Ta'ala, Juz. 9, Hal. 458, No hadits. 3490. Syamilah

[13] Imam Ibnu Taimiyah, Majmu' al Fatawa, Juz. 2, Hal. 487. Syamilah

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/11/01/41443/memahami-jihad-fi-sabilillah-bagian-ke-1-konsep-jihad-dalam-islam/

Jumat, 02 Januari 2015

Kajian Sabtu Pagi.


Adab Safar

Sepekan terakhir kita mendngar berita tentang jatuhnya pasawat Airasia yang menelan korban cukup banyak.
Maka bagi mereka yang meninggal didalam perjalanan/safar dalam ketaatan atau ibadah maka Allah menjamin merek dengan Sorganya.
Dan bagi mereka yang meninggal dalam kemaksiatan mari kita doakan semoga Allah mengampuni dosa dosanya.

Oleh karenanya perlu kita ketahui adab adab dalam bersafar, agar safar yang kita lakukan merupakan ketaaan pada Allah Azza wa jalla bukan sebaliknya.

Ada beberapa adab yang harus kita ketahui yang diantaranya adalah:

A. Niat yang sholihah 'niat baik' ketika hendak mengadakan be pergian.

Seseorang yang pergi ke luar negeri mi salnya, selain untuk melakukan kewajiban ataulah untuk jalan-jalan melihat keindahannya, maka sisipkan niat untuk ibadah atu bertafakkur alam atau belajar tentang sejarah Islam.
Niscaya niat tersebut akan menjadikan safar ini yang semula mubah menjadi sebuah ibadah yang berpahala.

 "sesungguhnya semua amalan tergantung niatnya..", begitu wejangan Rasul kepada kita. (Muttafaq Alaih) 

 B. Diupayakan juga safar pada pagi hari. Rasulullah berdoa untuk orang-orang yang giat pada pagi hari dengan berkata: "ya Allah berikan keberkahan pada ummatku di pagi hari nya". (HR.Nasai dan Tirmidzi). Beliau juga ketika mengirimkan sariyyah (pasukan perang), beliau kirimkan pada pagi hari.(HR. Abu Dawud

C. Mengerjakan sholat sunnah dua rakaat sebelum safar.

D. Berpamitan kepada keluarga dan handai taulan.

Ketika berpamitan kepada keluarganya, ia berdoa:

"Astaudi'ukumullahalladzii laa tadhii'u wada'iuhu",

Aku titipkan kalian kepada Allah yang titipanNya tidak akan pernah sia-sia.

Sedangkan keluarganya ataupun handai taulan menjawabnya dengan doa:

"Astaudi'ullaha diinaka wa amanataka wa khawaatim amalaka",

Aku menitipkan kepada Allah agamamu, keimananmu dan penghujung amalmu.

Etika saat Safar

A. Ketika keluar rumah, berdoa dengan doa keluar rumah, jika mengendarai kendaran diteruskan doa naik kendaraan dan doa safar.

B. Memilih salah seorang menjadi pemimpin dalam safar, pemimpin ini tugasnya yaitu sebagai penanggungjawab terhadap berlangsungnya safar. ("Jika tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi pemimpin").

C. Memperbanyak doa dan dzikir selama dalam perjalanan, karena doa seorang musafir adalah doa yang mustajab.

D. Jika ia berada di dataran yang rendah ia bertasbih, dan jika berada ditaran tinggi ia bertakbir.

E. Bertafakkur dan mengambil ibrah dari setiap yang dilihatnya selama safar.

F. Bersegera memenuhi kebutuhannya, sehingga ia bersegera untuk kembali kepada keluarganya.

Etika saat pulang

A. Membeli hadiah buat keluarganya sebatas kemampuan

B. Berdoa naik kendaraan, dan ditambah dengan doa :

Aayibuuna taa'ibuun aabiduuna liRobbinaa haamiduu 

"Kami kembali, kami bertaubat, kami beribadah kepada Tuhan kami, dan kami memuji syukur".  (Hadits Mauquf, dari Abdullah Bin Mas'ud)

C. Memberitahu kepada keluarganya sebelum sampai, hingga tidak membuat mereka terkejut, dan mereka juga bersiap-siap untuk menyambutnya.

D. Ketika sampai, menjadikan masjid sebagai tempat permulaan sebelum ia ke rumahnya. Dan mengerjakan sholat dua rakaat di masjid, sebagaimana yang Rasul lakukan.

E. Menyambut kedatangan orang-orang yang datang untuk bertemu dan bersalaman kepadanya .
Mari kita niatkan safar kita kali ini untuk kebaikan dengan berittiba kepada Rasullullah SAW sehingga bukan kesenangan saja tapi pahala juga akan kita dapatkan, insya Allah.

Wallahu'alam