Rabu, 01 April 2020

Disinfectan Masjid Al Manzilayul Khairiyah.

Penyemprotan disinfektan di lingkungan masjid mulai dari Kamar Mandi Pria dan Wanita, Tempat Wudhu Pria dan Wanita, Gudang, Sekretariat, Aula bawah, lantai, ruang soundsystem lantai 2, ruang utama masjid. Persiapan untuk shalat Jumat besok. In syaa Allaah program masjid selama masa krisis Corona adalah penyemprotan disinfektan minimal 2 kali sehari yg sdh dilakukan mulai hari selasa kemarin, penyediaan sabun cuci tangan di tempat wudhu pria dan wanita 2 buah, sanitizer 2 buah di ruang shalat utama lantai 2, penyemprotan disinfektan karpet sehari 5 kali ba'da shalay berjamaah. Mohon doanya agar kami bisa terus memberikan pelayanan terbaik untuk jamaah dan jamaah terhindar dari penyakit dan virus berbahaya. 
Aamiiin Ya Rabbil alamin 

Jumat, 27 Maret 2020

Menjalin Hubungan dengan Seorang Nasrani

Pertanyaan: 
Seseorang mempunyai teman kerja beragama Nasrani yang baik-baik dalam bergaul. Dia ingin mengunjungi dan mempergaulinya dengan baik. Bolehkah hal itu dilakukan? 

Jawaban: 
Tidak mengapa seorang muslim mengunjungi teman kerja atau tetangga yang beragama Nasrani dan mempergaulinya dengan baik sesuai dengan tuntunan syariat. 
Namun, hal itu tidak boleh dilakukan atas landasan cinta dan kasih sayang. 
Selama bergaul dengan Nasrani tersebut harus berhati-hati agar jangan terjerumus ke dalam hal-hal kebiasaan mereka yang diharamkan, seperti minum khamer, makan daging babi, berjudi, dan segala hal yang diharamkan syariat Islam. 

Bila ternyata hubungan itu dimanfaatkan Nasrani tersebut untuk menanamkan syubhat atau mempengaruhi dirinya dalam hal perilaku atau agama, hendaknya segera ditinggalkannya. 

Tidak perlu berteman lagi dengannya. Ini berdasarkan firman Allah:

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ وَظَٰهَرُواْ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ أَن تَوَلَّوۡهُمۡۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ


"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

"Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zhalim."
(Qur'an, Surat Al-Mumtahanah, Ayat 8-9)

Wallahualam.

(Fatwa Departement Fatwa dan Riset Ilmiah Kementrian Waqaf dan Keislaman Kuwait No 1368)

Sumber: Majalah Fatawa No 12. Dzulhijah 1429.

Jumat, 28 Februari 2020

Cemburu dalam Berislam

Hadirilah MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) di _*Masjid Al Manzilatul Khairiyah*_ 

Hari Sabtu dan Ahad (besok) tgl 29 Februari s.d 1 Maret 2020, dengan Pemateri :

1. Ust. M. Shodiq Alhmad Lc. M.A (Kajian ba'da shalat Isya) 

2. Ustadz Zukhruful Muhtadin Lc. (Kajian Ba'da Subuh). 

Dan Imam Qiyamulail 
Ust Andhika Al Hafizh.

Rabu, 05 Februari 2020

WABAH VIRUS CORONA SEBUAH RENUNGAN

Akhir-akhir ini, pembicaraan dan pemberitaan tentang penyakit yang menakutkan mendominasi media. Orang-orang khawatir terhadap penyebaran penyakit tersebut dan takut terinfeksi. Pembicaraan tentangnya dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, ada yang membicarakannya sambil bercanda dan menjadikannya bahan gurauan dan ada pula yang serius menjelaskan dengan tulus. Sebagai seorang Muslim, kita senantiasa ketika berhadapan dengan semua kejadian dan musibah, maka kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Azza wa Jalla. Semua pembicaraan kita tentang hal-hal tersebut di atas atau tentang metode pengobatan dan terapinya harus berlandaskan syari'at dan kaidah yang benar serta dilandari rasa takut kepada-Nya dan senantiasa merasa dalam pengawasan-Nya Azza wa Jalla.

Berikut ini enam renungan/sikap seputar masalah yang menjadi perhatian serius dalam kehidupan manusia sekarang.

Renungan Pertama
Sebagai seorang Muslim, dalam semua keadaan, kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala , bertawakal dan berkeyakinan bahwa semua urusan ada ditangan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allâh; dan Barangsiapa beriman kepada Allâh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. [at-Taghâbun/64:11]

Semua urusan ada ditangan-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Allâh Azza wa Jalla yang mengatur dan memudahkannya. Semua yang Allâh kehendakai pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak ada serta tidak ada yang pelindung kecuali Allâh. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۚ وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allâh jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allâh. [al-Ahzâb/33:17]

Allâh Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ

Jika Allâh hendak mendatangkan kemudharatan kepada-Ku, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allâh hendak memberi rahmat kepada-Ku, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya? [az-Zumar/39:38]

Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allâh, maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. [Fâthir/35 :2]

Dalam hadits, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain kebaikan yang sudah Allâh tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya mereka tidak akan bisa menimpakan bahaya kepada kamu kecuali bahaya yang telah Allâh tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.[1]

Dalam hadits yang lainnya, beliau bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allâh telah menulis takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi limapuluh ribu tahun.[2]

Juga bersabda Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَة

Sesungguhnya yang pertama Allâh ciptakan al-Qalam (pena) seraya berkata kepadanya: Tulislah! Dia bertanya: Wahai Rabbku, apa yang aku tulis? Maka Allâh berfirman: Tulislah takdir segala sesuatu hingga terjadinya kiamat.[3]

Berdasarkan ini semua, maka wajib bagi setiap Muslim untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mengharap, meminta dan bersandar serta bertawakal kepada-Nya. Tidak mengharapkan kesehatan, kesembuhan dan keselamatannya kecuali dari Rabbnya Azza wa Jalla , sehingga semua kejadian dan musibah yang melanda akan semakin menambah semangatnya untuk senantiasa berlindung dan berpegang teguh dengan Allâh Subhanahu wa Ta'ala . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allâh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Ali Imrân/3:101].

Renungan Kedua.
Wajib atas setiap Muslim untuk menjaga Allâh Azza wa Jalla dengan menjaga ketaatannya kepada-Nya, baik dengan melaksanakan perintah-Nya maupun dengan menjauhi larangan-Nya. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam wasiat Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu.

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

Jagalah Allâh! Niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allâh! Niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu.[4]

Menjaga perintah Allâh Azza wa Jalla dengan melaksanakannya dan meninggalkan laranganya adalah sebab atau wasilah yang menyebabkan datangnya perlindungan dan keselamatan serta penjagaan Allâh di dunia dan akhirat. Jika dengan itu, dia tetap tertimpa musibah atau turun malapetaka, maka itu akan mengangkat keduduakannya disisi Allâh Azza wa Jalla . Dalan hal ini Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Alangkah menakjubkannya perkara seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik dan tidak ada hal itu pada seorangpun kecuali pada seorang Mukmin. Apabila ditimpa kesenangan, dia bersyukur sehingga itu baik baginya dan bila tertimpa musibah maka dia bersabar dan itu kebaikan baginya.[5]

Seorang Mukmin dalam kelonggaran, kesempitan, krisis dan kesenangan berpindah dari kebaikan kepada kebaikan lainnya. Hal itu sebagaimana disabdakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kita Shallallahu 'alaihi wa sallam.

وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ.

Tidak ada hal itu pada seorangpun kecuali pada seorang Mukmin.

Renungan Ketiga
Sesungguhnya syariat Islam datang menyodorkan sarana-sarana dan anjuran serta mendorong untuk untuk berobat. Dan sesungguhnya berobat dan berusaha mencari kesembuhan itu tidaklah bertentangan dengan tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla .

Cara pengobatan penyakit yang dibawa oleh syariat Islam mencakup dua jenis terapi : terapi preventif (pencegahan) sebelum munculnya penyakit dan terapi kuratif (penyembuhan) setelah penyakit mewabah atau menimpa. Islam datang membawa syariat yang diantara isinya terdapat prinsip-prinsip pengobatan dan penyembuhan dan pedoman-pedoman berobat yang akan mendatangkan keselamatan dan kesehatan bagi seorang Muslim di dunia dan di akhirat.

Siapa saja yang menelaah buku ath-Thibbin Nabawi karya al-'Allâmah Ibnul Qayyim rahimahullah , niscaya ia akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dalam pembahasan seputar petunjuk-petunjuk yang dibawa oleh syariat Islam dan hadits-hadits shahih yang berasal dari Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Tentang terapi pencegahan, Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مِنَ اصْطَبَحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ، وَلَا سِحْرٌ

Barang siapa di pagi hari mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwa, niscaya tidak celaka oleh bahaya racun dan pengaruh sihir pada hari itu.[6]

Dan terdapat hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu anhu bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Siapa saja yang berkata pada setiap pagi hari dan setiap sore hari (sebanyak tiga kali):

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dengan nama Allah, yang tidak akan berbahaya dengan nama-Nya, segala sesuatu di bumi dan langit. Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Niscaya dia tidak ada sesuatu pun yang akan mencelakainya.[7]

Dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga:

مَنْ قَرَأَ الْآيَتَيْنِ مَنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَتِهِ كَفَتَاهُ

Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari Surat al-Baqarah dalam suatu malam, niscaya itu akan mencukupinya.[8]

Maksudnya itu cukup untuk melindungnya dari mara bahaya, keburukan dan kejahatan.

Dalam hadits Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya ia berkata, "Pada suatu malam, saat hujan deras dan kegelapan yang pekat, kami mencari Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengimami shalat kami. Kemudian aku menemukan Beliau. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ucapkanlah!'. Namun aku tidak mengucapkan apa-apa. Kemudian Beliau berkata (lagi), 'Ucapkanlah!' Aku belum juga mengucapkan apa-apa. Beliau berkata (lagi), 'Ucapkanlah'. Aku bertanya, 'Apa yang harus aku ucapkan?'Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bacalah

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُصْبِحُ وَحِينَ تُمْسِي ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

Bacalah Qul huwallahu Ahad, al-mu'awiidzatain ketika engkau berada di sore hari dan pagi hari tiga kali, itu akan cukup bagimu untuk melindungimu dari segala sesuatu.[9]

Dalam hadits Abdullah bin 'Umar disebutkan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkan doa-doa berikut ini ketika berada di pagi dan sore hari:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ.

Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon maaf dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon maaf dan ke¬selamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta¬ku. Ya Allâh, tutupilah auratku (aibku) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allâh, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi)"[10]

Doa ini memuat permohonan pemeliharaan, perlindungan yang sempurna bagi seorang hamba dari segala penjuru.

Dan dalam aspek terapi penyembuhan, telah datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam petunjuk-petunjuk agung dan arahan-arahan yang mulia, serta obat-obat penyembuh yang beraneka jenis, yang disebutkan dengan rinci dalam hadits-hadits Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam , namun akan terlalu memakan tempat bila diuraikan ataupun disebutkan satu-satu. Tentang ini dapat dilihat uraian pembahasannya yang luas dalam kitab Zâdul Ma'âd, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.

Renungan Keempat
Sebagai seorang Muslim, dia tidak boleh larut terbawa arus berita dusta. Karena sebagian orang, dalam kondisi seperti ini, terkadang menyebarkan atau menyebutkan perkara-perkara yang tidak benar dan tidak ada hakikatnya. Mereka hanya ingin menyebar ketakutan dan kegelisahan yang tidak ada dasarnya di tengah masyarakat. Maka tidak selayaknya seorang Muslim larut dengan berita dusta dan semacamnya. Mudah larut terbawa arus berita menyebabkan munculnya cacat pada kesempurnaan imannya, keyakinannya, dan kesempurnaan tawakalnya kepada Penguasanya Subhanahu wa Ta'ala.

Renungan Kelima
Semua musibah yang menimpa seorang Muslim, baik pada kesehatannya, keluarganya, anaknya, hartanya, bisnisnya atau lain sebagainya, jika dia menghadapinya dengan sabar dan mengharapkan pahala, maka hal itu akan mengangkat derajatnya di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]

Allâh Azza wa Jalla menguji hamba-Nya agar Dia mendengar pengaduan hamba-Nya, permohonannya, doanya, kesabarannya, dan ridhanya terhadap takdir-Nya.

Ketika musibah melanda manusia untuk menguji mereka, maka Allâh Azza wa Jalla melihat mereka. Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan rahasia yang disimpan di dalam hati manusia. Kemudian Allâh Azza wa Jalla akan memberikan pahala kepada setiap manusia berdasarkan niatnya. Oleh karena itu barangsiapa ditimpa musibah, berupa penyakit, bencana, kekurangan harta, atau semacamnya, dia harus mengharapkan pahala dari musibah itu di sisi Allâh, dan menyikapinya dengan kesabaran dan ridha, sehingga dia meraih pahala orang-orang yang bersabar. Dan barangsiapa diselamatkan dari musibah, maka hendaklah dia memuji Allâh Azza wa Jalla, sehingga meraih pahala orang-orang yang bersyukur.

Renungan Keenam
Sesungguhnya musibah paling besar (paling berbahaya-red) adalah musibah di dalam agama. Ini adalah musibah terbesar di dunia dan akhirat. Ini merupakan puncak kerugian yang tidak ada keuntungannya sama sekali, kegagalan yang tidak disertai harapan sama sekali. Ketika seorang Muslim ditimpa musibah pada kesehatannya atau hartanya, lalu dia mengingat bahwa musibah terbesar adalah musibah yang menimpa agama, dia akan memuji Allâh Azza wa Jalla atas keselamatan agamanya. Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Syuraih al-Qâdhi rahimahullah, bahwa dia berkata, "Sesungguhnya aku (jika) ditimpa musibah, maka aku memuji Allâh empat kali atas musibah itu:

  • Aku memuji-Nya, karena musibah itu tidak lebih besar dari musibah itu
  • Aku memuji-Nya, karena Dia memberikan kesabaran kepadaku menghadapi musibah itu;
  • Aku memuji-Nya, karena Dia membimbingku untuk istirja[11], karena aku berharap pahala dengannya
  • Aku memuji-Nya, karena Dia tidak menjadikan musibah itu pada agamaku."

Aku memohon kepada Allâh agar selalu menjaga kita semua, menganugerahkan ampunan dan keselamatan kepada kita, di dalam agama, dunia, keluarga, dan harta kita. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maka Dekat, dan Maha mengabulkan.

(Judul artikel diatas adalah modifikasi nama dari Wabah MERS Sebuah Renungan, oleh Prof. DR. Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus 03-04/Tahun XVIII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR Ahmad dan at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma.
[2] HR Muslim dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhu
[3] HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu
[4] HR Ahmad dan at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma
[5] HR Muslim dari Suhaib Radhiyallahu anhu
[6] HR al-Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu
[7] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu
[8] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Abu Mas'ud Radhiyallahu anhu
[9] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu anhu
[10] HR Abu Dawud, al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma
[11] Mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn"



Read more https://almanhaj.or.id/14175-wabah-virus-corona-sebuah-renungan.html

Sabtu, 01 Februari 2020

Pelantikan Ketua RT dan RW04, Kel Pengasinan, Rawalumbu, Bekasi

Semoga para ketua RT dilingkungan RW04. Pengasinan Rawalumbu periode 2020 s/d 2024 ini amanah dalam menjalankan tugas, serta bisa membawa warganya lebih dekat kepada sang Khalik.

Aamiin

Sabtu, 25 Januari 2020

Malam Bina Iman dan Taqwa

Masjid almanzilatul Khairiyah bekerjasama dengan mabit Community mengadakan malam Bina iman dan taqwa

Yang diselenggarakan pada hari Dabtu dan Ahad, tanggal 25 dan 26 tahun 2020.

Sabtu, 18 Januari 2020

Perbanyaklah Amal, Jangan Berdebat


PERBANYAKLAH AMAL, JANGAN SUKA BERDEBAT

Imam al-Auza'i rahimahullah mengatakan,

بلغني أن الله إذا أراد بقوم شرا، ألزمهم الجدل، ومنعهم العمل 

"Telah sampai kepadaku bahwa apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, Dia tetapkan mereka suka berdebat dan Dia menghalangi mereka dari beramal."


⚪️ WhatsApp Salafy Indonesia
⏩ Channel Telegram |http://telegram.me/tholabulilmi