Rabu, 15 Juni 2016

Ramadhan Bulan Untuk Melatih Kesabaran (Bagian 1)

MELATIH KESABARAN
Ustadz Firanda Andirja, MA

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Alhamdulillāh, segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, shalawat dan salam senantiasa semoga tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.
 
Bulan suci Ramadhān merupakan bulan yang penuh dengan kemuliaan. Bulan yang mengajarkan kita banyak nilai-nilai ibadah. Diantaranya mengajarkan kita untuk bersabar.

Seorang yang berpuasa, dia harus menyabarkan dirinya untuk meninggalkan perkara-perkara yang dia syahwatkan. Dia harus meninggalkan minuman, makanan, bahkan berhubungan dengan istrinya harus dia tinggalkan, semuanya demi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Latihan ini melatih seorang muslim untuk bersabar tatkala menghadapi hal-hal yang mungkin tidak disukai oleh syahwatnya, atau tidak disukai oleh nafsunya.

Oleh karenanya, jikalau kita ditimpa dengan musibah-musibah yang tidak kita sukai hendaknya kita bersabar.

Dan kita yakin bahwasanya segalanya telah ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bukankah diantara rukun imān yang enam yaitu berimān kepada taqdir, baik taqdir yang baik maupun taqdir yang buruk.

Tatkala seseorang ditimpa dengan musibah, maka hendaknya dia ingat bahwasanya seluruhnya telah ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan tatkala Allāh menakdirkan musibah baginya, tentunya ada hikmah yang sangat mulia dibalik musibah tersebut.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjanjikan untuk menguji kaum yang beriman, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

"Dan sungguh Kami akan menguji kalian (orang-orang yang berimān) dengan sedikit ketakutan, dan rasa lapar, dan kekurangan (kekurangan harta, maupun kekurangan jiwa, maupun kekurangan hasil tumbuh-tumbuhan) kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar."

(QS Al Baqarah :155)

Allāh tidak menguji kita dengan ujian yang terlalu berat yang tidak mampu kita hadapi, tapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidaklah menguji hambanya kecuali yang mampu untuk dipikul oleh sang hamba.

Ikhwān dan Akhwāt yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita ditimpa dengan ujian, tatkala kita ditimpa dengan musibah, maka mari kita ingatlah sosok suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Beliau telah diuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan banyak ujian. Ditimpa dengan berbagai macam musibah :

√ Rasa lapar
√ Rasa takut
√ Kekurangan harta
√ Kekurangan jiwa
√ Hilangnya kekasih-kekasih yang beliau cintai

Semuanya pernah dialami oleh Rasūl kita Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛Adapun rasa takut, sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah hendak dibunuh, atau hendak ingin dibunuh oleh orang-orang kāfir Quraishy.

Orang-orang Kafir Quraishy mereka mengumpulkan seluruh para pemuda dari berbagai macam kabilah.

Sekitar 50 orang pemuda dari berbagai macam kabilah, dari berbagai macam suku, ingin membunuh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam secara serentak. Mereka bermaksud mengumpulkan kabilah yang banyak ini, agar jika Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam terbunuh, maka darahnya tersebar di kabilah-kabilah ini. Sehingga kabilah Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam sallam, suku Nabi, tidak bisa menuntut balas dendam.

Akhirnya terkumpulkanlah 50 orang pemuda, yang setiap pemuda tersebut menghunuskan pedang siap untuk menumpahkan darah Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam. Maka datanglah mereka beramai-ramai mengepung rumah Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ini adalah perkara yang sangat menakutkan, 50 orang pemuda dengan pedang yang terhunus, dan ingin mengeroyok Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam , dan ingin serentak membunuh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Akan tetapi Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam, menghadapi tantangan tersebut dengan tenang. Sehingga akhirnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menolong Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(Tafsir Ibnu Katsir, Al Anfal ayat 30)

⇛Rasa takut yang lain yang pernah ditimpa oleh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dan shahābatnya, Abū Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu
tatkala Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Abū Bakar ingin pula dibunuh oleh orang-orang kāfir Quraishy.

Bahkan orang-orang kāfir Quraishy memberikan tawaran hadiah yang besar bagi siapa saja yang bisa membunuh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam atau Abū Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu

Maka Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Abū Bakar harus keluar dari kota Mekkah, berhijrah menuju kota Madīnah.

Dan orang-orang Kāfir Quraishy terus berlomba-lomba untuk bisa membunuh Nabi dan Abū Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Akhirnya, Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dan Abū Bakar harus sembunyi di sebuah gua, yang dikenal dengan gua Tsur, di jabal Tsur.

Tatkala itu pasukan orang-orang kāfir Quraishy sudah tiba di mulut gua, di jabal Tsur, di gunung Tsur. Maka tatkala itu Abū Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu pun takut, karena orang-orang Quraishy sudah berada di mulut gua.

Apa kata Abu Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu ? "Kalau saja salah seorang diantara mereka melihat kearah kaki mereka maka mereka akan melihat kita".

(HR Bukhari nomor 3380, versi Fathul Bari nomor 3653 dan Muslim nomor 4389, versi Syarh Muslim nomor 2381)

Rasa takut yang meliputi hati Abū Bakar Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menghadapi semuanya dengan tenang, dengan berkata:

"Wahai Abū Bakar, bagaimana menurutmu dengan dua orang yang Allāh adalah ketiganya? Tentunya Allāh akan menolong mereka," kata Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

"Jangan engkau sedih, sesungguhnya Allāh bersama kita."

Lihatlah, inilah rasa takut yang pernah dialami oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga pernah diuji dengan rasa lapar. Suatu saat  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar rumahnya karena lapar, mencari makanan, tiba-tiba Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertemu dengan Abū Bakar, ternyata Abū Bakar juga keluar karena mencari makan. Tiba-tiba Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam juga bertemu dengan Umar bin Khaththab, ternyata ketiga-tiganya keluar karena kelaparan.

Inilah yang pernah dialami oleh Nabi kita Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya, 'Āisyah Radhiyallāhu Ta'āla 'anhā pernah mengatakan:

Aisyah radhiallahu 'anhaa:

إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتْ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ

"Kami melihat hilal, kami melihat hilal, kami melihat hilal, tiga hilal dalam dua bulan, dan tidak ada suatu pun yang dimasak, tidak ada api yang dinyalakan dirumah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Rasūlullāh hanya makan butiran kurma dan minum air putih."

(Hadīts Riwayat Bukhāri no 2567 dan Muslim no 2972)

Bagaimana rasa lapar yang dialami oleh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam ?

Suatu saat, tatkala Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam perang Khandaq, Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam menggali parit bersama para shahābat. Parit yang sulit untuk digali. Kita tahu bagaimana tanah kota Madīnah yang begitu keras.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam harus menggali parit Khandaq yang jaraknya empat meter dan dalamnya empat meter dengan jarak yang jauh sekali dengan panjang sangat jauh.

Tatkala itu para shahābat kelaparan, tidak ada makanan. Maka para shahābat pun mengikatkan sebutir batu di perut-perut mereka untuk menahan rasa lapar yang mereka rasakan.

Merekapun mengadu kepada Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang rasa lapar yang mereka dapati. Kemudian Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam membuka perutnya, ternyata Nabi kita Shallallāhu 'alayhi wa sallam juga sedang mengikat perutnya dengan batu, bahkan dua butir batu. Dia ikatkan diperutnya dalam rangka untuk menahan rasa lapar.

Oleh karenanya, Abdurrahmān bin Auf Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu pernah menangis tatkala dihidangkan sebuah roti, sebuah roti yang terbuat dari gandum.

Maka diapun menangis. Orang-orang disekeliling Abdurrahmān bin Auf Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkata:

و ما يبكيك

"Apa yang membuat engkau menangis wahai Abdurrahmān?"

مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ مِنْ خُبْزِ الشَّعِيْرِ يَوْمَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ حَتَّى قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ ص البخارى و مسلم

"Sesungguhnya Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang karena makan roti ini, demikian juga keluarga Muhammad tidak pernah kenyang karena roti ini."

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim, Fathul Bari juz 7, halaman 397)

Inilah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang pernah diuji dengan rasa lapar.

Adapun mengenai kesedihan, tentang hilangnya kekasih yang dicintainya, sanak keluarganya, maka sering dialami oleh Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇛Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diuji sejak kecil. Telah diuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla lahir dalam keadaan tidak berayah. Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, tidak memiliki ayah.

⇛Kemudian ibunya meninggal tatkala Beliau berumur enam tahun. Tatkala beliau pulang dari bersafar bersama ibunya dari kota Mekkah ke kota Madīnah , tatkala di suatu tempat yang namanya Abwa', maka sang ibupun (Aminah) kemudian sakit parah, dan sang anak yang masih kecil Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam, melihat bagaimana sakitnya sang Ibu, melihat bagaimana ibunya yang sekarat, dan menghadapi sakaratul maut, seluruhnya dilihat oleh dua mata Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bagaimana kita bisa bayangkan kesedihan seorang anak kecil, melihat ibunya meninggal di hadapan matanya.

___________________________

🌐 www.CintaSedekah.Org
👥 Fb.com/GerakanCintaSedekah
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-Ramadhan1437-UFA-02
📺 Video Source: https://yufid.tv/1754-ramadhan-bulan-untuk-melatih-kesabaran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar