Senin, 11 Januari 2016

JALAN MENUJU KABAHAGIAAN (BAGIAN 2 DARI 5)

Ustadz Firanda Andirja,

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwani fillāh a'āzaniyallāhu wa iyyakum,

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyebutkan beberapa point yang bisa menenangkan hati dan membahagiakan kita dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan yang tidak mungkin kita hindari.

Diantaranya:

■ SEBAB PERTAMA | KETAKWAAN KEPADA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA.

Takwa merupakan kalimat yang kita semua sudah hafal, tapi bukan kalimat yang sederhana, melainkan kalimat yang indah, tinggi dan butuh pembuktian.

Semua orang bisa mengucapkannya, tapi bagaimana kita mewujudkan ketakwaan tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjanjikan:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)

"Barangsiapa bertakwa kepada Allāh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allāh niscaya Allāh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allāh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allāh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." 

(QS Ath Thālaq: 2-3)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." 

(QS An Nahl: 97)

Oleh karenanya, tidak diragukan bahwasanya ketakwaan merupakan sumber kebahagiaan.

Lalu, bagaimana kita meraih ketaqwaan ini?

(Yaitu) Dengan banyak beramal shalih seperti: puasa, baca Al Qurān, shalat malam, bershadaqah. Ini merupakan bukti-bukti takwa.

Dan semua sebab-sebab yang akan saya sebutkan dari hal-hal yang bisa mendatangkan kebahagiaan, dari poin kedua dan seterusnya merupakan rincian dari ketaqwaan (dimana) semuanya kembali kepada ketaqwaan.

Ikhwani fillah a'āzaniyallāhu wa iyyakum,

Diantara perkara yang penting dalam masalah ketakwaan adalah,

● BERIMAN KEPADA TAKDIR ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA

Ini adalah perkara yang sangat utama, sangat urgen dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan ini; musibah, ujian, kesusah-payahan.

Yang kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatakala ditanya oleh malaikat Jibril: "Kabarkanlah kepadaku tentang iman."

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam: "Engkau beriman kepada Allāh, kepada rasul-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada hari akhirat dan engkau beriman kepada takdir, takdir yang baik maupun yang buruk."

Beriman dengan keyakinan yang pasti bahwasanya segala yang terjadi, yang baik maupun yang buruk, semuanya atas kehendak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan beriman bahwasanya di balik apa yang Allāh tetapkan itu ada hikmah yang mungkin kita tahu ataupun mungkin tidak kita ketahui.

Ikhwani fillah a'āzaniyallāhu wa iyyakum,

Orang yang mudah marah/emosi berarti imannya kepada takdir kurang.

Rukun iman ada enam (rukun ke-6 adalah Beriman Kepada Takdir) dan kita semua sudah hafal. Tetapi bagaimana menerapkan iman kepada takdir tersebut.

Oleh karenanya, sangat sedih tatkala kita melihat ada seseorang yang penampilannya, mā syā Allāh, islami, tetapi kemudian baru ada masalah sedikit lalu langsung ngamuk/marah-marah.

Mana iman kepada takdir? Mana bab tentang bersabar (dalam kitab Tauhid)?

(Karena) Sabar merupakan praktek dari tauhid, sehingga orang yang tidak sabar berarti tauhidnya dipertanyakan, keimanannya kepada takdir dipertanyakan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـًٔ۬ا وَهُوَ خَيۡرٌ۬ لَّڪُمۡ‌ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـًٔ۬ا وَهُوَ شَرٌّ۬ لَّكُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

"Bisa jadi engkau membenci suatu perkara dan Allāh menjadikan kebaikan yang banyak pada perkara yang kau benci tersebut. Bisa jadi kau membenci sesuatu, ternyata itu lebih baik bagimu. Dan bisa jadi kau mencintai sesuatu, ternyata itu buruk bagimu. Allāh mengetahui dan kalian tidak mengetahui."

(QS Al Baqarah: 216)

Ini perkara yang kelihatannya sepele tapi berpengaruh dalam masalah kebahagiaan.

Orang yang beriman kepada takdir dengan tenang maka dia akan qāna'ah, dia akan menerima apa yang Allāh takdirkan kepada dia; jika terkena musibah maka bersabar, jika mendapatkan kebaikan maka tidak 'ujub.

Yang ini semua berkaitan dengan ketakwaan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ‌ۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ ۥ‌ۚ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa, kecuali dengan izin Allāh. Barangsiapa yang beriman kepada Allāh, maka Allāh akan berikan hidayah kepada hatinya."

(QS At Taghābun: 11)

Seorang Salaf (Alqamah) menafsirkan ayat ini mengatakan:

هو الرجل تصيبه المصيبة فيعلم أنها من قضاء الله، فيرضى بها ويسلم

"Yaitu seorang yang terkena musibah, kemudian dia mengetahui bahwasanya musibah tersebut dari sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka dia ridhā dan dia menyerahkan urusannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Sebagaimana ketakwaan merupakan sumber dari segala kebahagiaan, maka sebaliknya, maksiat merupakan sumber dari segala kesengsaraan.

Kata Allah Subhānahu wa Ta'āla:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا

"Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al Qurān), maka bagi dia kehidupan yang sempit." (QS Thāhā: 124)

⇒ Maka bagi dia kehidupan yang penuh dengan kesulitan, penderitaan (hatinya menderita).

Bisa jadi hartanya banyak, memiliki rumah yang mewah dan luas, akan tetapi hatinya sempit.

Kenapa? Karena maksiat yang dia lakukan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَمَآ أَصَـٰبَڪُم مِّن مُّصِيبَةٍ۬ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ

"Dan tidak ada satu musibahpun yang menimpa kalian kecuali akibat perbuatan kalian."

(QS Asy Syūrā: 30)

⇒ Artinya, banyak orang yang heran tatkala mereka terkena musibah, mereka mengatakan: "Darimana musibah ini?"

Terkadang orang lupa, "Kenapa saya mendapat musibah? Kenapa saya begini?"

Dia lupa bahwasanya dia terjerumus dalam kemaksiatan, padahal segala maksiat yang dia lakukan merupakan sumber kesengsaraan dalam hatinya.

Bahkan para ulama menyebutkan:

"Bahkan pandangan haram yang kita umbarkan dengan melihat aurat wanita yang tidak halal bagi kita, sengaja kita berlezat-lezat melihat hal yang diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, itu adalah sumber kesengsaraan bagi hati seseorang."

Karenanya Ibnul Qayyim menyebutkan:

"Segala kesedihan, gundah gulana, kekhawatiran yang menimpa hati seseorang, itu merupakan hukuman yang Allāh segerakan bagi seseorang dan merupakan neraka Jahannam yang Allāh segerakan di dunia ini."

Seseorang yang ingin berbahagia, hindarkan kemaksiatan sebisa mungkin, jauhkan kemaksiatan, dan bertakwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena seluruh kesengsaraan, seluruh kegelisahan hati, kembalinya kepada kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang.
______________________________

Reposting dari Website: 
http://www.bimbinganislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar