Selasa, 19 Januari 2016

JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN (BAGIAN 5 DARI 5)

Oleh Ustadz Firanda Andirja, MA

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Kemudian diantara sebab-sebab kebahagiaan atau hal-hal yang bisa di tempuh seseorang untuk meraih kebahagiaan, yaitu:

■ SEBAB KEDELAPAN | MENYEBUT-NYEBUT KENIKMATAN YANG ALLĀH BERIKAN KEPADA KITA SAMBIL MELIHAT KEPADA YANG LEBIH DI BAWAH DALAM MASALAH DUNIA

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ

"Adapun nikmat Allāh kepada kalian, maka ingat-ingatlah (sebut-sebutlah)." (QS Adh Dhuha: 11)

Kata  Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

"Lihatlah yang di bawah kalian, jangan melihat yang di atas kalian, (dengan cara melihat yang di bawah kalian dalam masalah dunia), maka lebih pantas untuk menjadikan kalian tidak meremehkan nikmat yang Allāh berikan kepada kalian." (HR Muslim)

Ini sering terjadi, tatkala kita terkena kesulitan, maka hendaknya kita ingat bahwa masih banyak orang yang lebih susah daripada kita.

Mungkin kita terkena musibah, tapi kita ingat bahwa masih banyak yang musibahnya lebih parah daripada kita.

Misalkan kita sudah punya motor, tapi orang lain mempunyai mobil, kemudian kita berfikir "Waduh bagaimana ini?."

Kalau seperti itu maka tidak akan pernah berhenti.

Oleh karenanya, sering-sering melatih diri dengan melihat yang di bawah kita.

Maka sesekali kita bawa anak dan istri ke tempat-tempat pengemis atau tempat orang-orang yang hidupnya susah, agar mereka tidak selalu menuntut dan mengerti bahwasanya mereka sebenarnya sedang berada di atas kenikmatan.

Kehidupan dunia hanyalah sementara...

Anak-anak dilatih sejak kecil untuk mensyukuri nikmat yang Allāh berikan kepadanya.

Kemudian,

■ SEBAB KESEMBILAN | JANGAN PERNAH BERHARAP KESEMPURNAAN

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لاَ يَفْرُكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا خُلُقًا أَخَرَ

"Janganlah seorang lelaki (suami), membenci seorang wanita mu'minah (istrinya) jika dia tidak suka dengan salah satu perangai dari istrinya, karena dia akan ridha dengan perangainya yang lain." (HR Muslim)

Ini adalah hadits yang sangat agung, yang menjelaskan kepada kita bahwasanya di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Dalam menjalani kehidupan rumah tanggapun demikian, kalau kita berharap kesempurnaan dari istri kita maka kita tidak akan pernah bahagia.

Istri kita tidak akan sempurna sebagaimana kita juga tidak sempurna.

Kalau yang diingat adalah kesalahan-kesalahan istri kita terus, maka kita tidak akan pernah bahagia.

Ingat, istri kita masih banyak kebaikannya; memasak buat kita, mencuci piring dan pakaian, merapihkan tempat tidur, mengurusi anak-anak, ini adalah kebaikan yang luar biasa.

Sehingga kalau dia mempunyai sedikit kekurangan, mungkin kadang marah-marah, kadang protes, maka kita nasehati.

Dan kekurangan ini akan tertutupi dengan begitu banyak kebaikannya.

Demikian juga dalam menjalani segala kegiatan, misalnya kerja di kantor.

Jangan harapkan kesempurnaan dari teman-teman kita, kalau kita mengharapkan kesempurnaan maka kita akan sering mencela sehingga akhirnya menjalani kehidupan di pekerjaan dengan tidak tenang.

Maka barangsiapa berharap kesempurnaan di dunia, dia tidak akan pernah bahagia.

Dan yang terakhir, di antara sebab kebahagiaan adalah;

■ SEBAB KESEPULUH | IKHLAS KEPADA ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA.

Ini adalah sebab yang juga sangat urgen karena tidaklah kita berbuat sesuatu kecuali karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, jangan pernah berbuat baik kepada orang lain dengan mengharapkan balasan dari orang tersebut.

Ingatlah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla tentang orang-orang bertakwa yang dijanjikan masuk surga, yaitu tatkala mereka memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan, berkata:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً

"Sesungguhnya kami memberikan makanan kepada kalian karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami tidak butuh terimakasih dari kalian, dan kami tidak butuh balasan dari kalian. Yang kami harapkan hanya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla." (QS Al Insān: 9)

Syaikh 'Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'diy menyebutkan:

"Tatkala engkau berbuat baik (bermuamalah) kepada orang maka anggaplah engkau sedang bermu'amalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lupakan dia sehingga jika sesekali ternyata dia kemudian berbuat buruk kepada engkau maka sudah tidak ada urusan lagi. Karena urusanmu hanya dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan bukan dengan orang ini."

Jika dia memaki, tidak berterima kasih dan melupakan kebaikan kita, maka itu bukanlah urusan kita, urusan kita hanya dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Orang yang senantiasa bermu'amalah seperti ini (yaitu selalu mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'āla) maka inilah orang yang berbahagia.

Adapun orang yang mengharapkan kebaikan dan pujian orang (riya') maka ini adalah orang yang paling menderita karena senantiasa mengharapkan balasan dari makhluk/manusia yang dia berbuat baik kepada orang tersebut.

Demikianlah sedikit yang bisa saya sampaikan tentang langkah-langkah yang mungkin bisa kita lakukan agar kita bisa sabar dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan, bisa tetap berlapang dada dan bisa tetap berbahagia meskipun kondisi apapun yang menimpa kita.

Sekali lagi, apa yang saya sampaikan semuanya hanyalah teori, yang terpenting adalah prakteknya.

Oleh karenanya, sebagian murid dari Syaikh Bin Bāz rahimahullāh Ta'āla mengatakan bahwa diantara do'a yang sering diucapkan oleh Syaikh Bin Bāz adalah:

أَللَّهُمَّ أَصْلِحْ قَلْبِيْ

"Ya Allah, perbaikilah hatiku."

Kita ingin hati kita baik, senantiasa bahagia dan selamat dari berbagai macam penyakit, sehingga kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam bentuk hati yang bersih.

Sebagaimana do'a Nabi Ibrāhīm 'alayhissalām yang diabadikan dalam Al Qurān:

وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ * يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ "

"Ya Allah, jangan hinakan aku di hari kebangkitan, hari dimana tidak bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali orang yang bertemu Allāh dangan hati yang bersih."

⇒ Hati yang bersih dari berbagai penyakit hati dan hati yang bahagia.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
______________________________

Posting ulang dari Website: 
http://www.bimbinganislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar