Kamis, 14 Januari 2016

JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN (BAGIAN 3 DARI 5)

Ustadz Firanda Andirja, MA

بسم الله الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwānī fillāh a'āzaniyallāhu wa iyyākum,

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyebutkan beberapa point yang bisa menenangkan dan membahagiakan hati kita dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan yang tidak mungkin kita hindari.

Saya akan lanjutkan beberapa perincian hal-hal yang bisa mendatangkan kebahagiaan:

■ SEBAB KEDUA | BERBUAT IHSAN (BERBUAT BAIK) KEPADA ORANG LAIN

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوٰىهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلٰحٍۭ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang memerintahkan (manusia) untuk bershadaqah atau berbuat ma'ruf (kebaikan) atau mendamaikan manusia (yang bersengketa).

Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mengharapkan keridhaan Allāh, maka kelak Kami akan memberi kepadanya ganjaran (pahala) yang besar."

(QS An Nisā: 114)

Syaikh Nāshir As Sa'diy mengatakan (demikian juga dengan Ibnul Qayyim rahimahullāh):

"Diantara ganjaran yang besar yang Allāh berikan kepada orang yang berbuat baik kepada orang lain adalah kebahagiaan."

Karenanya, tatkala ada seseorang yang datang menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan mengeluh tentang kerasnya hatinya dan ia ingin hatinya menjadi lembut, kata Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِيْنَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمِ اْلمـِسْكِيْنَ وَ امْسَحْ رَأْسَ اْليَتِيْمِ

"Kalau engkau ingin hatimu lembut maka berilah makan kepada fakir miskin dan usapkanlah tanganmu di atas kepala anak yatim (berbuat baik kepada orang)."

(HR Ahmad: II/ 263, 387 dan Ath Thabrāniy di dalam Mukhtashar Makārim Al Akhlaq. Berkata Asy Syaikh Al Albāniy: Hasan)

Orang yang menyibukkan dirinya memikirkan (kesusahan) orang lain maka Allāh akan berikan kebahagiaan kepada dia.

Kenapa?

Karena dia sibuk memikirkan hamba-hamba Allāh, lalu bagaimana Allāh tidak memperhatikannya?

Dia sibuk memperhatikan hamba-hamba Allāh yang miskin, yang kekurangan, sehingga anak yatim dia santuni, fakir miskin dia berikan makanan, ada orang bersengketa dia berusaha meng-islah-kan.

Ini adalah sebab-sebab yang mendatangkan kebahagiaan.

Kenapa?

Karena dia telah merelakan sebagian waktunya dan sebagian hartanya untuk bisa memikirkan hamba-hamba Allāh yang benar-benar kekurangan.

Orang seperti ini sangat berhak untuk mendapatkan kebahagiaan.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah orang yang paling memikirkan orang lain.

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi oleh malaikat Jibrīl, kemudian Beliau pulang ke rumah untuk menemuhi Khadījah dengan dalam keadaan takut, Beliau mengatakan:

"Ada sesuatu yang menimpa diriku."

Kata Khadījah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā:

"Bergembiralah wahai suamiku, Allāh tidak akan menghinakan engkau selamanya.

Engkau senantiasa menyambung silaturahmi, engkau senantiasa jujur dalam berkata dan engkau senantiasa bekerja untuk diberikan kepada orang yang tidak mampu.

Engkau bantu orang yang belum bisa mandiri, engkau menjamu tamu dan engkau senantiasa membantu orang-orang yang terkena musibah.

Orang seperti engkau tidak akan celaka, selamanya tidak akan celaka."

Karena sifat dasar Nabi sejak sebelum diangkat menjadi Nabi yaitu memperhatikan orang lain maka begitu tegarnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala ditimpa dengan berbagai macam ujian yang Allāh berikan, yaitu: dihina , diusir, dan hendak dibunuh, sehingga Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa menjalaninya dengan penuh kebahagiaan.

Kenapa?

Karena diantara sifat utama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah memperhatikan orang lain.

■ SEBAB KETIGA | MENUNTUT ILMU

Ikhwānī fillāh a'āzaniyallāhu wa iyyākum,

Diantara hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan adalah menuntut ilmu (menghadiri majelis ilmu).

Kita tahu bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu masjid Allāh, kemudian mereka membacakan ayat-ayat Allāh lalu mereka mempelajari isi dari kandungan ayat-ayat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan."

(HR Muslim)

Majlis yang seperti ini adalah majlis yang mendatangkan kebahagian, yaitu turunnya ketenangan, dimana Allāh akan menurunkan rahmatnya kepada mereka dan akan diliputi oleh malaikat.

Kemudian sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

"Sesungguhnya Allāh dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia."

(HR At Tirmidzi (no. 2685) dan Ath Thabrāni dalam Al Mu'jamul Kabīr (no. 7912))

Luar biasa ikhwan !

Kita ini banyak dosa, banyak maksiat, banyak omong, banyak memandang dan mendengar yang tidak-tidak.

Seandainya kita belajar (menuntut ilmu), maka ada kesempatan bagi kita untuk dido'akan oleh para malaikat penghuni langit dan dido'akan oleh para penghuni bumi agar kita diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian diantara sebab-sebab kebahagiaan, yaitu:

■ SEBAB KEEMPAT | KONSENTRASI DENGAN PEKERJAAN HARI INI

Konsentrasi dengan pekerjaan kita hari ini dan jangan terlalu khawatir dengan perkara yang akan datang dan jangan bersedih dengan masa yang lalu.

Kekhawatiran (kesedihan) dengan suatu yang akan datang dalam bahasa arab disebut dengan "al ham", dan kesedihan yang berkaitan dengan masa lalu disebut dengan "al huzn".

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

"Ya Allāh, aku berlindung kepada Engkau dari kekhawatiran masa depan yang menimbulkan kesedihan (hammi) dan dari perkara yang lalu yang menimbulkan kesedihan (hazn)."

Kita konsentrasi dengan yang kita lakukan sekarang ini, jangan sampai kita tidak melakukannya dengan baik.
Adapun perkara ke depan kita boleh berencana tapi jangan terlalu menyedihkan kita dan membuat kita khawatir.

Kita harus konsentrasi yang ada di depan kita dan jangan sampai melakukan dengan tidak baik.

Karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ

"Hendaknya engkau bersemangat untuk melakukan apa yang bermanfaat bagi engkau dan mintalah pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan jangan kau lemah."

(HR Ahmad 9026, Muslim 6945, dan yang lainnya)

Jangan merasah, "Ah, tidak mungkin, tidak mungkin,"

Jangan! Bismillāh, jangan menyerah!

Ada usaha, rencanakan kegiatan, kerjakan dengan konsentrasi amalan yang ada di hadapan kita, kerjakan dengan baik.

Dan jika engkau sudah berusaha kemudian salah dan terjadi musibah atau ternyata rugi, bangkrut, maka jangan katakan:

"Seandainya saya begini tentu akan begini."

Karena "seandainya-seandainya" itu akan membuka pintu-pintu syaithan.

Sampai sebagian ulama  mengatakan:

"Bersedih (terlalu memikirkan) karena masa lalu adalah perbuatan kebodohan."

Kenapa?

Karena tidak mungkin dia mengembalikannya lagi, sudah mustahil, sudah hilang.

Yang telah lalu biarlah berlalu, jadi pelajaran bagi kita.

Adapun kemudian bersedih dan terus menangis sehingga tidak bisa bergerak karena terlalu diliputi dengan kesedihan maka ini adalah orang yang bodoh dan dia telah dikuasai oleh syaithān.

Kita berjalan, kerjakan apa yang ada di hadapan kita dan kita husnuzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kalau kita berusaha, maka Allāh akan berikan jalan yang baik di hadapan kita, berusaha dan bertaqwa.

Tatkala kita sudah menjalankan sebab-sebab seperti ini, serius dalam bekerja, kemudian bertaqwa kepada Allāh, maka Allāh akan berikan kebahagiaan.

Sehingga jika terjadi sesuatu, hati kita akan lapang.

Yang menjadi masalah kalau kita malas kemudian ditimpa musibah, sehingga berkata:

"Aduh, karena memang saya kemarin begini, kenapa kemarin begini."

Akhirnya datang syaithān kemudian menjadikan kita gelisah.
______________________________
di Posting ulang dari Website: 
http://www.bimbinganislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar